Apakah Pengunduran Diri Jaksa Militer Zionis, Korban Kekuasaan Netanyahu?
-
Yifat Tomer-Yerushalmi
Pars Today - Netanyahu, seperti pada hari-hari awal perang, kembali berupaya mengorbankan para pejabat lain dalam rezim Zionis untuk membersihkan dirinya dari segala tuduhan.
Sekitar satu minggu lalu, media Israel melaporkan pengunduran diri Yifat Tomer-Yerushalmi, Jaksa Militer Rezim Zionis, dan penunjukan seorang jaksa baru bernama Itai Ofer sebagai penggantinya oleh Menteri Perang Israel.
Menurut laporan Tasnim, pengunduran diri ini terjadi setelah beredarnya video penyiksaan seorang tahanan Palestina oleh pasukan Israel di dalam pusat penahanan Sde Teiman yang tersebar luas di media sosial. Peristiwa ini muncul bertepatan dengan gelombang publikasi fakta-fakta baru tentang penyiksaan tahanan Palestina yang terungkap dalam sebulan terakhir, setelah pembebasan mereka menyusul gencatan senjata di Gaza.
Kebetulan waktu kemunculan video ini menunjukkan adanya desain pemberitaan oleh rezim Zionis dan kubu pendukung Netanyahu yang berupaya memanfaatkan kasus tersebut untuk keuntungan politik.
Membaca Pernyataan Menteri Perang Israel Setelah Penunjukan Jaksa Baru
Israel Katz, Menteri Perang Israel dalam pernyataannya usai penunjukan jaksa baru menyatakan, “Fakta-fakta yang terungkap menuntut penunjukan segera seorang Jaksa Militer dari luar struktur kejaksaan militer, seseorang yang tidak terlibat dalam kecurigaan apa pun dan memiliki kemampuan membersihkan, membenahi, dan mereorganisasi sistem.”
Ia menekankan pentingnya “melindungi tentara Israel yang berjuang dengan berani dalam kondisi sulit dan kompleks”, serta memperingatkan terhadap tindakan-tindakan yang dianggap “mencoreng citra mereka dan menempatkan mereka dalam risiko penyelidikan internasional”.
Pernyataan Katz ini mengandung beberapa poin terselubung yang mengungkap upaya kubu Netanyahu untuk mengarahkan narasi atas kasus tersebut.
Dimensi Tersembunyi Kasus Kejahatan Sde Teiman
Katz mengklaim adanya “fakta baru” terkait penyiksaan setelah video itu dipublikasikan. Dengan pernyataan ini, ia ingin menampilkan seolah-olah struktur militer Israel sama sekali tidak mengetahui adanya penyiksaan dan bahwa tindakan tersebut merupakan aksi “oknum” yang bertindak sendiri.
Ia ingin menggambarkan bahwa penyiksaan sistematis terhadap warga Palestina hanyalah perbuatan kelompok kecil di dalam tentara, bukan kebijakan terstruktur yang disengaja.
Klaim ini begitu tidak masuk akal hingga bagi publik Israel sendiri pun sulit dipercaya, terutama mengingat pernyataan-pernyataan para pejabat Israel dalam dua tahun terakhir tentang warga Palestina.
Penunjukan Jaksa dari Luar Struktur Militer
Katz juga menegaskan bahwa jaksa baru ditunjuk dari luar sistem agar tidak terkait dengan pihak yang dianggap bertanggung jawab atas penyiksaan. Ia ingin menampilkan bahwa dengan pergantian ini, akar masalah telah dicabut, dan sistem kini sedang menjalankan “proses pembersihan” serta menghukum para tersangka kasus Sde Teiman.
Klaim ini begitu mengejutkan bagi internal militer dan kejaksaan hingga menyebabkan dua upaya bunuh diri, dan akhirnya jaksa yang mengundurkan diri dibawa ke rumah sakit jiwa. Fakta bahwa ia dibawa ke rumah sakit jiwa menimbulkan tanda tanya besar.
Pengamat menilai ini merupakan bagian dari skenario kabinet Netanyahu untuk tidak hanya membersihkan diri dari skandal penyiksaan, tetapi juga menjadikan jaksa yang mundur sebagai “korban gila” untuk menghalangi proses hukum terhadapnya.
Dengan kata lain, bagian ini adalah upaya Katz untuk menggambarkan seolah-olah sistem kejaksaan militer telah disterilkan dan seluruh masalah telah diselesaikan.
Mencuci Bersih Tentara dari Tuduhan Kejahatan Perang
Katz dalam bagian akhir pernyataannya menggambarkan penunjukan jaksa baru sebagai cara untuk “melindungi tentara Israel” dan mencegah mereka “terjerat penyelidikan internasional”.
Ini merupakan langkah lebih jauh untuk menggambarkan seluruh tentara Israel sebagai institusi “bersih” yang tidak pernah melakukan kejahatan, padahal:
lebih dari 70 ribu warga Palestina telah dibunuh dalam dua tahun perang dan pengepungan Gaza,
hampir 10 ribu orang ditahan,
seluruh infrastruktur vital Gaza dihancurkan,
rezim ini menyerang lima negara (Lebanon, Suriah, Yaman, Iran, Qatar),
wilayah udara seluruh kawasan dilanggar,
dan semua prinsip hukum internasional telah diinjak-injak.(sl)