Rusia Protes Pengiriman Peralatan Militer Israel ke Ukraina
Ketegangan dalam hubungan Rusia dengan Zionis Israel telah meningkat karena sikapnya terhadap Ukraina. Dalam sikap terbarunya para hari Kamis (19/05/2022), Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov dengan tajam mengkritik Tel Aviv. Menyerukan peran dan sikap yang lebih seimbang bagi rezim Zionis, dia berkata, "Posisi Tel Aviv telah membuat Rusia merasa frustrasi."
Dia mengkritik pengiriman peralatan militer Israel ke tentara Ukraina sebagai tanda sikap bermusuhan Tel Aviv terhadap Moskow. Pejabat Rusia ini menekankan bahwa Moskow memiliki pendekatan negatif terhadap masalah pengiriman peralatan militer Israel untuk mempersenjatai tentara Ukraina.
Rezim Zionis Israel hari Rabu (18/5) mengumumkan telah mengirim 2.000 helm dan 500 rompi antipeluru untuk tentara Ukraina.
Wakil menteri luar negeri Rusia telah menyatakan bahwa negaranya terkejut dengan kebijakan permusuhan Israel terhadap Rusia dan dukungannya untuk Ukraina, dan bahwa Moskow tertarik dalam pembicaraan dengan para pemimpin Tel Aviv.
Rezim Zionis mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dan pada awal konflik telah mengambil apa yang disebut posisi mediasi dalam hal ini, tetapi secara bertahap mengambil sikap yang lebih keras dan lebih kritis terhadap Moskow, dan sekarang, dengan mengirim peralatan militer ke tentara Ukraina praktis berada di kubu Barat melawan Rusia.
Sikap provokasi Tel Aviv ini telah membangkitkan kemarahan Moskow.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova juga menuduh rezim Zionis mendukung neo-Nazi di Ukraina.
Mengkritik pernyataan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid, Zakharova mengatakan, "Pernyataan yang tidak konsisten dengan sejarahnya, telah mendapat perhatian Moskow. Pernyataan yang secara luas mencerminkan pendekatan pemerintah Tel Aviv saat ini untuk mendukung rezim neo-Nazi Kiev."
Zakharova menegaskan kembali bahwa akar Yahudi presiden Ukraina tidak akan menjamin bahwa dia tidak akan mendukung penyebaran neo-Nazisme di negaranya.
Sekitar tiga minggu lalu, pernyataan kontroversial Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, yang menganggap pemimpin Nazi Jerman Adolf Hitler sebagai keturunan Yahudi, menyebabkan kontroversi besar dalam hubungan antara Moskow dan Tel Aviv.
Ketegangan dalam hubungan Rusia dengan Zionis Israel telah meningkat karena sikapnya terhadap Ukraina. Dalam sikap terbarunya para hari Kamis (19/05/2022), Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov dengan tajam mengkritik Tel Aviv. Menyerukan peran dan sikap yang lebih seimbang bagi rezim Zionis, dia berkata, " Posisi Tel Aviv telah membuat Rusia merasa frustrasi."
Pernyataan itu dikutuk secara luas oleh para pejabat Zionis Israel, Tak lama setelah itu, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengklaim bahwa dalam percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, dia telah meminta maaf atas pernyataan Lavrov. Namun, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov membantah klaim tersebut.
Sekarang, dengan dimulainya pengiriman yang disebut bantuan kemanusiaan Zionis Israel ke Ukraina dan kemudian pengiriman peralatan militer ke Kiev, jelas bahwa Tel Aviv sebenarnya telah memasuki arena perang Ukraina yang merugikan Rusia.
Rezim Zionis mengklaim telah mengirim sekitar 100 ton bantuan kemanusiaan ke Ukraina dan mendirikan rumah sakit lapangan di barat negara ini selama enam minggu.
Perubahan bertahap sikap Zionis Israel dalam perang Ukraina telah menjadi sangat mahal bagi Rusia, yang selalu menganggap memiliki hubungan baik dengan Tel Aviv dan selalu menyambut para pemimpin Israel dengan hangat.
Tentu saja, tindakan bermusuhan Tel Aviv ini tidak jauh dari mata Moskow. Oleh karenanya, reaksi Rusia terhadap tindakan rezim Zionis ini secara bertahap menjadi jelas. Ini termasuk sambutan hangat dari delegasi Hamas di Moskow.
Untuk pertama kalinya, sebuah laporan telah dirilis tentang penembakan sistem pertahanan udara S-300 Rusia untuk melawan serangan udara Zionis Israel baru-baru ini terhadap posisi di Suriah.
Tentu saja, tindakan ini merupakan peringatan bagi Tel Aviv bahwa tindakan dukungannya terhadap Ukraina tidak akan dibiarkan begitu saja. Media-media Zionis Israel mengatakan dalam sebuah analisis bahwa penembakan Rusia terhadap jet-jet tempur rezim Zionis di Suriah dapat menunjukkan perubahan signifikan dalam sikap Moskow terhadap Zionis Israel.
Sekalipun demikian, Bogdanov menyebut berbagai laporan media tentang penggunaan sistem S-300 oleh militer Rusia di Suriah terhadap jet-jet tempur Zionis Israel tidak benar.(sl)