Cina Menegaskan akan Menindak Tegas Perusuh
(last modified Wed, 30 Nov 2022 05:04:20 GMT )
Nov 30, 2022 12:04 Asia/Jakarta

Presiden Cina Xi Jinping mengumumkan dalam sebuah tweet bahwa dia akan menangani para perusuh dengan tegas.

Tweet ini dipublikasikan setelah beberapa hari upaya menenangkan dan toleransi pemerintah dan tentara Cina dengan perusuh dan itu menunjukkan bahwa pemerintah Cina bertekad untuk mencerabut mereka yang mencari fitnah dan kerusuhan di bawah pengaruh kebijakan Amerika.

Tidak diragukan lagi bahwa Barat, khususnya Amerika Serikat, berada di balik kerusuhan di Cina dengan dalih menerapkan pembatasan Corona baru.

Image Caption

Masalah ini patut diperhatikan dan menggugah pemikiran dalam beberapa hal.

Pertama, kerusuhan terjadi setelah terpilihnya kembali Xi Jinping sebagai Presiden Republik Cina dalam pertemuan Kongres Nasional Partai Komunis negara ini baru-baru ini. Hal itu menunjukkan bahwa Amerika Serikat, dalam beberapa tahun terakhir, menghadapi kebijakan perlawanan dan bahkan agresivitas Xi, telah berusaha melemahkan posisi Presiden Cina untuk menunjukkan dia tidak mampu menyelesaikan masalah dan melemahkan posisinya di opini publik Cina.

Ali Khazaei, seorang pakar masalah politik mengatakan tentang hal ini, "Ini adalah salah satu karakteristik dasar Amerika Serikat, ketika menghadapi batu keras di hadapan lawan-lawannya, ia beralih ke langkah-langkah lunak dan apa yang disebut revolusi warna."

Dalam beberapa tahun terakhir, masalah ini terlihat di negara-negara independen yang menentang kebijakan Amerika Serikat.

Di Cina, di mana kebijakan untuk mengontrol negara ini dimulai pada masa kepresidenan Donald Trump di Amerika Serikat, bukan hanya gagal, tetapi Cina juga menunjukkan dalam praktiknya bahwa pertumbuhan ekonominya terus berlanjut, yang dianggap sebagai pukulan besar bagi Washington.

Masalah kedua terkait kerusuhan baru-baru ini di Cina yang ditujukan pada Xi Jinping adalah meruntuhkan kekuatan dalam dan luar negerinya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Xi telah menunjukkan bahwa dia adalah seorang politisi yang kuat. Sambil memperhatikan penyelesaian masalah internal dan meningkatkan taraf hidup rakyat, ia berhasil mengekang banyak kebijakan agresif Amerika Serikat. Itu juga termasuk dalam kasus Taiwan, sehingga dengan kekalahan partai penguasa pulau ini dalam pemilihan kepala daerah baru-baru ini, Presiden Tsai dari Taiwan harus mengundurkan diri dari ketua partai.

Presiden Cina Xi Jinping mengumumkan dalam sebuah tweet bahwa dia akan menangani para perusuh dengan tegas.

Pada saat yang sama, Cina telah meraih keberhasilan penting dalam hal lain seperti rencana strategis One Belt One Road, yang menggambarkan Presiden Cina sebagai orang  kuat yang hanya berbicara dengan Amerika dari posisi yang setara di benak publik dunia. Tentu saja masalah ini semacam penghinaan terhadap para pejabat Amerika Serikat, terutama Presiden Joe Biden.

Untuk alasan ini, setelah pertemuan Joe Biden dan wakilnya Kamala Harris baru-baru ini dengan Xi dalam dua pertemuan internasional penting, di mana mereka berjanji untuk menyelesaikan perbedaan, jelas bahwa Washington menyadari peringatan berturut-turut dari Presiden Cina kepada Amerika agar tidak main-main dengan api, khususnya tentang masalah Taiwan, yang terus diulangi dalam berbagai pertemuan.

Pengulangan peringatan ini membuat keduanya tidak puas dan menganggap peringatan seperti itu memalukan bagi Washington.

Pakar urusan internasional Henry Kissinger mengatakan tentang hal ini, "Amerika tidak boleh menganggap enteng peringatan Cina tentang masalah Taiwan. Karena Beijing telah menunjukkan bahwa ia tidak akan gmundur dari mempertahankan kedaulatannya, dan dengan mempertimbangkan tekad kuat Beijing dalam hal ini, kemungkinan perang tidak jauh dari bayangan."

Poin penting lainnya tentang kerusuhan baru-baru ini di Cina adalah bahwa ketidakmampuan dan ketidakefektifan kebijakan Amerika terhadap Rusia dalam krisis Ukraina telah menyebabkan Washington berusaha melemahkan koalisi Rusia dalam krisis Ukraina.

Untuk alasan ini, Amerika telah memasukkan pendekatan untuk melibatkan negara-negara pendukung Rusia dalam krisis Ukraina dalam agendanya.

Di awal krisis ini, Amerika mencoba memecah belah mereka dengan menuduh Cina memberikan bantuan militer kepada Rusia, tetapi gagal.

Kemenangan Rusia dalam mengekang sanksi Barat yang terjadi dengan bantuan mitranya, termasuk Cina, membuat Barat, khususnya Amerika, sangat marah. Karena Barat berdiri melawan Rusia dengan sekuat tenaga melalui Ukraina, yang gagal dibendungnya.

Cina dan Rusia

Oleh karena itu, Amerika berpendapat bahwa ia dapat membalas dendam pada Xi Jinping dengan menciptakan kerusuhan di negara-negara independen dan lawannya sambil melemahkan posisi Rusia berhadapan dengan Barat.

Sementara Cina dalam praktiknya menunjukkan tidak akan tunduk pada kebijakan intervensionis dan penghasutan AS. Fakta yang benar-benar jelas terlihat dalam tweet Presiden Cina.(sl)

Tags