Presiden Brasil Menyeru Tinggalkan Dolar dalam Transaksi Internasional
(last modified Fri, 04 Aug 2023 04:19:09 GMT )
Aug 04, 2023 11:19 Asia/Jakarta

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva pada hari Rabu (02/08/2023) menyerukan agar dolar ditinggalkan dalam perdagangan internasional dan perlu untuk membuat alternatif mata uang AS, termasuk untuk perdagangan antara negara-negara anggota BRICS Brasil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan.

Lula da Silva mengatakan, Semua orang tahu bahwa saya mendukung penciptaan mata uang kita sendiri untuk perdagangan antarnegara. Mengapa kita harus menggunakan dolar dalam perdagangan antara Argentina dengan Cina, jika memungkinkan untuk melakukan ini dengan mata uang kita sendiri? Mengapa negara-negara di mana hampir separuh populasi dunia tinggal tidak dapat mendiskusikan hal ini di antara mereka sendiri?

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva

Belum lama ini, Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam pertemuan dengan Dilma Rousseff, Kepala Bank Pembangunan Baru BRICS, menekankan pentingnya bank BRICS dalam tatanan moneter baru. Menurutnya, Menciptakan lembaga keuangan alternatif pada saat Washington telah mengubah dolar AS menjadi senjata adalah upaya yang sulit, tetapi perlu dilakukan.

Proses de-dolarisasi di dunia, yang idenya diluncurkan pada tahun 2007, telah mendapatkan momentum yang semakin meningkat, dan sejumlah besar negara mencoba untuk menghapus mata uang Amerika ini dalam penyelesaian internasional dan pertukaran perdagangan serta menggantinya dengan mata uang nasional.

Di tingkat negara, gagasan de-dolarisasi pertama kali dicetuskan oleh Rusia, Cina, dan negara-negara Amerika Latin setelah krisis keuangan global 2007-2008 yang menyebabkan fluktuasi ekstrim dalam dolar AS.

Selain itu, dengan mencermati sebagian besar perdagangan dunia sekarang dilakukan dengan dolar, Washington menggunakan ini sebagai alat penekan untuk memukul negara saingan dan musuhnya.

Faktanya, penggunaan dolar secara instrumental oleh Amerika selalu menjadi salah satu kritik terpenting terhadap sistem moneter dan keuangan internasional saat ini.

Meskipun dolar masih merupakan mata uang cadangan terbesar di dunia, penggunaan dolar AS sebagai senjata keuangan telah mempercepat pergerakan banyak negara untuk mendiversifikasi investasi mereka ke dalam mata uang alternatif.

Di antara negara-negara anggota Uni Ekonomi Eurasia, mereka meninggalkan dolar AS dari semua bursa keuangan dan perdagangan mereka.

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva pada hari Rabu (02/08/2023) menyerukan agar dolar ditinggalkan dalam perdagangan internasional dan perlu untuk membuat alternatif mata uang AS, termasuk untuk perdagangan antara negara-negara anggota BRICS Brasil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan.

Apalagi dengan sanksi Amerika Serikat terhadap Rusia dalam satu setengah tahun terakhir, yaitu setelah dimulainya perang di Ukraina, pergerakan beberapa negara untuk mengurangi ketergantungan mereka pada dolar, terutama Rusia, semakin meningkat.

Sementara itu, negara-negara seperti Cina, India, dan Turki yang tidak ingin berpartisipasi dalam sanksi terhadap Rusia, mengadopsi pendekatan penggunaan mata uang nasional dalam transaksi dengan Moskow.

Elvira Nabiullina, Kepala Bank Sentral Rusia, menganggap sanksi sebagai salah satu alasan langkah menuju de-dolarisasi ekonomi negaranya dan mengatakan, Saya merasa bahwa lingkungan global sedang berubah. Kami secara bertahap bergerak menuju sistem moneter multi-mata uang di dunia.

Penyalahgunaan dolar yang berkelanjutan untuk menekan negara-negara yang menentang Amerika Serikat, serta tekad kekuatan ekonomi utama, terutama anggota BRICS, untuk menggunakan mata uang nasional bagi perdagangan luar negeri telah menciptakan gelombang besar de-dolarisasi perdagangan internasional.

Pada tahun 2015, para pemimpin BRICS, yang dikenal sebagai kekuatan ekonomi baru, mengumumkan bahwa mereka telah sepakat untuk mempertahankan hubungan erat demi mengembangkan kerja sama moneter sebagaimana diamanatkan oleh bank sentral masing-masing negara.

Ini termasuk transaksi pertukaran mata uang, penyelesaian dengan mata uang nasional dan investasi langsung dalam mata uang nasional. Dalam hal ini, Rusia dan Cina, bersama dengan India, telah mengambil beberapa langkah untuk mengurangi ketergantungan mereka pada dolar selama beberapa tahun untuk melawan tindakan permusuhan Amerika Serikat.

Uni Ekonomi Eurasia

Dengan negara-negara anggota Uni Ekonomi Eurasia mengumumkan untuk menggunakan mata uang selain dolar bagi transaksi perdagangan, langkah penting lainnya telah diambil menuju de-dolarisasi keuangan dan ekonomi global, dan pada akhir Maret 2023, dua negara penting dari G-20, yaitu Brasil dan Cina, yang merupakan salah satu negara ekonomi baru dan anggota BRICS juga mengambil langkah serupa dan pada 29 Maret dengan mengumumkan kesepakatan di mana dolar AS akan dikeluarkan dari perdagangan antara kedua negara.(sl)