Apakah Negara-Negara Barat Mengakui Palestina Hanya Sandiwara atau Serius?
-
Presiden Emmanuel Macron dan pengakuan negara Palestina
Pars Today - Majalah daring "972+" membahas kebijakan beberapa pemerintah Barat dalam mengakui negara Palestina.
Majalah daring "972+" baru-baru ini menerbitkan sebuah catatan oleh jurnalis Palestina Ala Salameh dan menulis, Meskipun gelombang global untuk mengakui negara Palestina menunjukkan semakin terisolasinya Israel di dunia, jangan tertipu oleh penampilan. Karena dengan upaya Israel yang terus-menerus untuk mencaplok Tepi Barat dan genosida yang dilakukannya secara bersamaan di Gaza, mendukung solusi dua negara adalah absurd dan tidak berarti.
Menurut laporan Pars Today, rencana dua negara setelah 77 tahun tidak menawarkan solusi atas masalah utama keberadaan rezim yang agresif dan militeristik yang berusaha mendominasi negara lain. Mohon jangan sia-siakan 30 tahun lagi kehidupan Palestina dengan model pemisahan, yang merupakan solusi kolonial untuk masalah kolonial.
Israel telah lama menegaskan bahwa mereka tidak akan pernah menerima negara Palestina. Ketika suatu solusi tidak lagi adil dan bahkan mustahil, solusi itu bukan lagi rencana perdamaian, melainkan dalih untuk tidak bertindak yang memungkinkan Israel melanjutkan pembantaian, mempercepat ekspansi, dan memperdalam rezim apartheidnya.
Pertanyaannya, Di mana posisi Palestina dalam solusi ini?
Siapa yang pernah bertanya kepada kami apa pendapat kami tentang solusi ini?
Sebagaimana Perserikatan Bangsa-Bangsa menyusun rencana pemisahan pada tahun 1947 tanpa persetujuan kami, kini pendapat rakyat kami tidak lagi penting bagi kekuatan-kekuatan Eropa yang mendorong rencana dua negara.
Prancis, dengan arogansinya sendiri, mengancam Israel akan mengakui negara Palestina, tetapi Prancis yang sama ini justru bersikeras bahwa negara Palestina harus didemiliterisasi, sementara Prancis sendiri terus mempersenjatai Israel. Seorang pedagang senjata tidak berada dalam posisi untuk menyuruh para korban genosida meletakkan senjata mereka!
Namun bahkan jika keajaiban terjadi dan Israel akhirnya menarik diri dari Tepi Barat dan Gaza, apa yang akan menjamin keamanan rakyat Palestina di negara baru ini?
Sejak kapan menjadi sebuah negara melindungi siapa pun dari agresi dan ekspansionisme Israel?
Lebanon dan Suriah, keduanya negara merdeka dengan perbatasan yang diakui secara internasional, tapi mereka menyaksikan tanah mereka diduduki dan kota-kota mereka dibom oleh Israel.
Bendera Palestina di PBB tidak akan menghentikan pertumbuhan permukiman, membongkar kekuasaan militer Israel, atau mengakhiri perang regionalnya.
Sekarang, dampak destruktif dari gestur simbolis ini sedemikian rupa sehingga tidak dapat dianggap sia-sia belaka, seperti sebelumnya. Gestur ini mengulur waktu bagi rezim yang melakukan kejahatan perang dan menghilangkan urgensi dari satu-satunya solusi penting, mengakhiri genosida, memberi sanksi kepada para pelaku, mengisolasi sistem apartheid, dan menuntut persamaan hak dan hak untuk kembali.
Dorongan untuk pengakuan negara Palestina menciptakan ilusi tindakan bagi individu dan menunda solusi nyata, seperti memboikot dan mengisolasi rezim apartheid Israel.
Solusi sebenarnya bukanlah solusi dua negara, melainkan pengakuan Israel sebagai rezim apartheid. Ini adalah langkah awal yang penting menuju masa depan. Pengakuan resmi rezim Israel sebagai rezim apartheid, bahkan oleh segelintir negara, akan membuat dukungan militer dan ekonomi berkelanjutan bagi Israel tidak dapat dipertahankan secara hukum dan politik di dunia. Hal ini juga akan membuka jalan bagi sanksi dan pemutusan hubungan diplomatik.
Pada akhirnya, Zionisme telah gagal, karena dengan melakukan pembersihan etnis dan kini genosida, ia telah melakukan kejahatan yang membuatnya terisolasi dan dibenci di dunia. Rakyat Palestina pun tidak rela meninggalkan tanah airnya.(sl)