Trump, Berhati-hatilah dengan Jebakan !
Intervensi Amerika Serikat di kawasan mendorong Donald Trump untuk mengumumkan bahwa Amerika Serikat telah menghabiskan $ 7 triliun di wilayah tersebut, tetapi tidak berhasil.
Sekarang Trump telah menunjukkan bahwa dia terus mengikuti jalan yang salah yang sama selama empat tahun terakhir dan bersikeras melanjutkan jalan yang salah yang sama di hari-hari terakhir masa kepresidenannya.
Menanggapi serangkaian tindakan provokatif baru-baru ini oleh Amerika Serikat di kawasan, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mentweet bahwa Iran tidak ingin perang dengan Amerika Serikat. Menurutnya, "Alih-alih memerangi Corona di Amerika, pemerintah Trump dan sekutunya justru menghabiskan miliaran dolar untuk mengirim pesawat pembom B-52 dan armada angkatan laut ke wilayah kami."
Menteri Luar Negeri Iran juga mentweet pada hari Sabtu (02/01/2021) bahwa informasi baru dari Irak menunjukkan bahwa faktor penyebab perang Zionis Israel berencana untuk menyerang Amerika untuk menyeret Trump yang sedang bersiap untuk pergi, agar berperang dengan alasan palsu.
"Trump, waspadalah terhadap jebakan. Setiap bermain api akan memiliki respon timbal balik yang serius, terutama terhadap teman-teman dekat," kata Zarif kepada presiden AS.
Dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan dan Sekretaris Jenderal PBB, Wakil Tetap Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa mengingatkan provokasi penerbangan pesawat pembom AS di atas Teluk Persia dan Laut Oman seraya mencatat bahwa tindakan AS mencari terjadinya konflik dan agresif yang membuat lingkungan keamanan yang sudah tegang di kawasan itu menjadi sangat sensitif.
Meskipun Pentagon mengumumkan Kamis lalu bahwa mereka akan mengembalikan kapal induk Nimitz ke Amerika Serikat, sekalipun demikian, meningkatnya ketegangan di kawasan itu yang merupakan akibat langsung dari perilaku Gedung Putih, Israel dan Arab Saudi, menggarisbawahi pentingnya masalah tersebut dan implikasinya dari kedua pihak.
Aspek pertama, efek destruktif dari gerakan ini terhadap kawasan. Bukti menunjukkan bahwa tujuan Amerika Serikat dan aktor regional yang sejalan dengan Gedung Putih adalah untuk memperluas dimensi krisis dengan fokus menciptakan konfrontasi langsung antara Iran dan Amerika Serikat serta mendorong kawasan ke dalam keadaan ketegangan yang tidak dapat diubah. Dalam hal ini, konsekuensi perang bagi Amerika Serikat dan sekutu dekatnya di kawasan, terutama rezim Israel, tidak dapat diprediksi.
Aspek kedua dari konsekuensi ketegangan ini, biaya langsung dari petualangan Amerika di kawasan dan melawan Iran pasti akan sangat tinggi.
"Rezim Zionis, Arab Saudi dan beberapa elemen pemerintahan Trump, seperti Pompeo, tertarik untuk menciptakan krisis atau ketegangan baru di kawasan," kata Qasem Mohebali, mantan diplomat dan analis politik yang menilai tujuan dari gerakan tersebut.
Bagaimanapun, Republik Islam Iran tidak dan tidak menginginkan adanya ketegangan dan konflik di kawasan, tetapi selalu siap, tegar dan dengan penuh kekuatan untuk melawan penyerang. Menanggapi pergerakan tersebut, Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran telah menyatakan bahwa setiap petualangan, langkah gangguan atau provokasi akan menimbulkan reaksi yang tegas, yang konsekuensinya akan dirasakan oleh kekuatan musuh, termasuk Amerika Serikat.
Jelas, Republik Islam Iran berusaha untuk memiliki hubungan terbaik dengan tetangganya. Pengalaman telah menunjukkan bahwa hubungan dengan saling percaya dan niat baik serta jauh dari perilaku jahat menghasilkan pelestarian kepentingan kolektif dan keamanan serta stabilitas yang langgeng di kawasan. Konflik, bagaimanapun, menghasilkan peningkatan ketegangan di kawasan, yang efeknya jangka panjang, dan ini hanya untuk kepentingan intervensionis, pihak asing dan oportunis.