Feb 05, 2024 11:47 Asia/Jakarta

Protes berkelanjutan di Wilayah Pendudukan untuk pembebasan tawanan Zionis telah berubah menjadi krisis dan mimpi buruk yang tiada akhir bagi Perdana Menteri Rezim Zionis Benjamin Netanyahu dan kabinetnya.

Menyusul demonstrasi di Wilayah Pendudukan, pada Sabtu (03/02/2024), sejumlah pemukim Zionis menggelar aksi protes di pusat kota Tel Aviv dengan tujuan mempercepat kesepakatan pembebasan tawanan Zionis.

Demonstrasi tersebut diadakan setelah upaya rezim Zionis untuk membebaskan para tawanan dengan menggunakan kekerasan dan pemboman di berbagai wilayah Gaza gagal.

Aksi unjuk rasa di Wilayah Pendudukan

Pekan lalu, bersamaan dengan pertemuan kabinet perang rezim Zionis mengenai perjanjian gencatan senjata di Gaza, keluarga para tawanan Zionis berunjuk rasa di Tel Aviv untuk implementasi perjanjian pertukaran tawanan dan menuntut pembubaran kabinet Netanyahu dan penyelenggaraan pemilu dini.

Para perunding rezim Zionis, AS, Mesir, dan Qatar sebelumnya mencapai kesepakatan di Paris mengenai kerangka penghentian perang dan pembebasan tawanan tentara rezim Zionis lainnya dengan gerakan perlawanan Islam Palestina, Hamas.

Hamas dan gerakan Jihad Islam juga menekankan bahwa gencatan senjata dan negosiasi mengenai tawanan Zionis hanya dapat dicapai dengan penarikan total tentara Zionis dari Gaza.

Setelah dimulainya operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, demonstrasi dan protes terhadap Netanyahu terus berlanjut di Wilayah Pendudukan.

Para pengunjuk rasa menekankan bahwa kabinet Netanyahu telah gagal mengembalikan para tawanan Zionis.

Pihak berwenang rezim Zionis menyembunyikan statistik pasti dari tawanan militer mereka, tapi jumlah mereka diperkirakan sekitar ratusan.

Perdana Menteri Rezim Zionis, dan Zionis ekstrem yang membentuk pemerintahan sayap kanan dan ekstrem rezim Israel, selalu menjanjikan kemenangan cepat atas Hamas dan kembalinya para tawanan Zionis sejak awal operasi Badai Al-Aqsa.

Namun, seiring berjalannya waktu dan berlanjutnya operasi para pejuang Palestina, janji-janji tersebut menjadi sia-sia, dan otoritas Zionis mengakui kekalahan.

Protes berkelanjutan di Wilayah Pendudukan untuk pembebasan tawanan Zionis telah berubah menjadi krisis dan mimpi buruk yang tiada akhir bagi Perdana Menteri Rezim Zionis Benjamin Netanyahu dan kabinetnya.

Yossi Cohen, mantan Direktur Mossad mengatakan, Rezim Zionis harus membayar mahal atas kembalinya tawanan Israel dari Gaza.

Protes di Wilayah Pendudukan terus berlanjut dalam situasi di mana para pemimpin rezim Zionis terpaksa menerima persyaratan gencatan senjata yang diajukan Hamas.

Kelompok pejuang Palestina memainkan peran yang efektif dalam mengubah keadaan setelah operasi 7 Oktober, dan perlawanan mereka yang terus menerus membuat kelemahan rezim Zionis semakin terlihat.

Memburuknya krisis ekonomi karena berlanjutnya perang di Tel Aviv, goyahnya posisi kabinet koalisi, berlanjutnya protes di wilayah-wilayah pendudukan dan terungkapnya kerentanan keamanan rezim Zionis dalam menghadapi dominasi intelijen dan operasional kelompok perlawanan Palestina, merupakan bagian dari pencapaian operasi Badai Al-Aqsa.

Rezim Zionis berada dalam situasi kritis meskipun ada dukungan finansial, politik dan juga propaganda dari media-media mainstream di Amerika dan Eropa.

Berlanjutnya protes akan menjadi peluang bagi partai oposisi di Parlemen Zionis, Knesset untuk mencapai tujuan mereka yaitu pemakzulan dan penggulingan kabinet saat ini.

Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Zionis Israel

Kabinet Netanyahu dan otoritas rezim Zionis telah menghadapi krisis dan protes di Wilayah Pendudukan, dan dengan berlanjutnya situasi ini bagi sekutu Amerika dan Barat mereka, kemampuan Tel Aviv untuk mengambil tanggung jawab atas penerapan gencatan senjata dan memenuhi komitmen mereka telah dipertanyakan.

Rezim Zionis memiliki sejarah panjang dalam mengingkari janji dan mengabaikan resolusi PBB serta implementasinya di berbagai waktu dalam beberapa tahun terakhir, dan kondisi kritis di Wilayah Pendudukan akan menjadi alasan bagi Netanyahu dan kabinet ekstrem rezim Zionis untuk menghindari pemenuhan kewajiban dan tanggung jawab internasional mereka.(sl)

Tags