Radio Israel Ungkap: Pasukan Israel Tidak Siap untuk Operasi 7 Oktober
-
Tentara Zionis
Pars Today - Media resmi rezim Zionis Israel mengungkap sebagian hasil investigasi militer internal yang menunjukkan bahwa militer Israel pada 7 Oktober (Operasi Badai Al-Aqsa) tidak berada dalam “kondisi kesiapan” untuk menghadapi perang berkepanjangan.
Menurut laporan IRNA yang dikutip dari jaringan al-Mayadeen, Radio Militer Israel mengakui bahwa gudang-gudang amunisi, khususnya persediaan artileri, berada di ambang “garis merah” dan hampir kosong.
Pemimpin Rezim Zionis Israel Isaac Herzog juga pada Senin 916/11/2025), dalam konferensi ekonomi “Israel dalam Pembangunan Ketangguhan”, menyampaikan pidato dan menyebut kekalahan Israel pada 7 Oktober 2023 sebagai bencana terbesar sejak berdirinya Israel.
Ia menyinggung krisis berat yang telah dialami Israel dan menegaskan bahwa warga Israel kembali memasuki masa yang sangat sulit dan penuh tantangan, yang menurutnya dimulai sejak tiga tahun lalu.
Herzog menyerukan peninjauan serius dan mendalam terhadap kegagalan Israel pada Operasi Badai Al-Aqsa dan menekankan bahwa dalam situasi seperti ini, para pejabat Israel harus mengadopsi berbagai inisiatif, termasuk di bidang ekonomi, untuk menyelamatkan Israel dari krisis.
Terkait pemilu mendatang di Israel, Herzog menambahkan bahwa rezim Zionis akan memasuki tahun pemilu yang akan disertai ekstremisme dan ketegangan. Karenanya, ia meminta para pejabat agar menahan diri di semua bidang, khususnya di ranah politik, dan tidak menyeret Israel ke dalam perpecahan internal demi tujuan politik pribadi.
Ribuan Prajurit Israel Alami Cedera Otak dan Gangguan Psikologis
Di sisi lain, surat kabar Israel Yedioth Ahronoth pada Selasa (17/11) melaporkan bahwa ribuan tentara Israel mengalami cedera otak sepanjang perang Gaza, dan perawatan mereka masih berlanjut.
Menurut laporan ini, cedera otak para tentara disebabkan oleh gelombang ledakan.
Media itu menulis bahwa 80% kasus cedera otak tidak dapat terdeteksi melalui CT scan kepala.
Sebelumnya, Kementerian Perang Israel telah menyatakan bahwa jumlah korban luka perang yang ditangani oleh bagian rehabilitasi telah mencapai 81.700 orang, dan sekitar 31.000 di antaranya mengalami gangguan kejiwaan. Angka ini adalah tingkat cedera dan gangguan tertinggi di antara tentara Israel sejak dimulainya Operasi Badai Al-Aqsa.
Departemen Rehabilitasi Kementerian Perang Israel menyatakan bahwa jumlah tentara terluka yang sedang menjalani perawatan merupakan angka tertinggi yang pernah dicatat, menunjukkan tekanan luar biasa yang dihadapi sektor rehabilitasi.
Data itu menunjukkan:
50% korban berusia di bawah 30 tahun
92% laki-laki
64% merupakan pasukan cadangan
45% dengan cedera fisik
35% dengan cedera psikologis
20% mengalami keduanya sekaligus
Departemen ini menambahkan bahwa setiap bulan sekitar 1.000 prajurit terluka baru diterima untuk perawatan.
Departemen Rehabilitasi juga menyebut bahwa sekitar 11.000 orang dari mereka mengalami berbagai reaksi psikologis, termasuk kecemasan, depresi, gangguan penyesuaian, dan gangguan pasca trauma.
Anggaran departemen rehabilitasi tahun ini naik 53% menjadi 8,3 miliar shekel, dengan 4,1 miliar shekel dialokasikan khusus untuk perawatan pasien gangguan kejiwaan.
Pusat dukungan “One Soul” yang berada di bawah departemen ini menerima sekitar 2.000 panggilan setiap bulan terkait kasus tekanan psikologis, angka yang naik 53% dibanding tahun sebelumnya.(sl)