Pendukung Rusia Menang di Slovakia, Pelemahan Dukung atas Ukraina di Eropa
Robert Fico, mantan Perdana Menteri Slovakia dan kritikus Uni Eropa, memenangkan pemilu. Fico adalah kritikus Uni Eropa dan NATO, dan media memperkenalkannya sebagai pendukung Presiden Rusia Vladimir Putin. Dia menentang bantuan militer ke Ukraina dan berulang kali menekankan penolakannya terhadap pengiriman peralatan dan bantuan militer ke Ukraina.
Partai Smer yang didirikan oleh Fico berhasil memperoleh 23% suara, tertinggi di antara kompetitornya. Pada saat yang sama, Fico membutuhkan koalisi dengan partai lain untuk membentuk pemerintahan. Sementara Partai Liberal, yang dianggap pro-Ukraina, memenangkan sekitar 17% suara dalam pemilu.
Berbicara setelah kemenangannya, Fico mengatakan dia akan melakukan segala dayanya untuk memulai perundingan damai antara Rusia dan Ukraina. Karena dia mengatakan lebih banyak pembunuhan tidak akan membantu siapa pun. Fico sendiri berjanji untuk segera mengakhiri dukungan militer Slovakia terhadap Ukraina.
Di Eropa Timur, Slovakia adalah anggota NATO dan Uni Eropa, dan pemerintahan sebelumnya di negara ini adalah salah satu pemerintah Eropa yang mencoba menerapkan sanksi keras UE terhadap Rusia dan menyumbangkan sejumlah besar peralatan militer ke Ukraina, termasuk jet tempur MiG- 29.
Beralihnya Slovakia sebagai negara Eropa Timur kedua setelah Polandia yang menolak melanjutkan bantuan militer ke Ukraina, menunjukkan perubahan bertahap pendekatan negara-negara Eropa terkait perang di Ukraina, khususnya kelanjutan bantuan militer dan persenjataan ke Ukraina.
Hal ini tentunya akan memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap kekuatan militer Ukraina di satu sisi dan kemampuan tentara negara tersebut untuk melanjutkan serangan balik terhadap pasukan Rusia di empat provinsi timur dan tenggara Ukraina.
Sebelumnya, Polandia telah mengumumkan penangguhan bantuan militer ke Ukraina menyusul meningkatnya ketegangan dengan Kiev.
Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan, Kami tidak akan lagi mentransfer senjata apa pun ke Ukraina. Kami terutama berfokus pada modernisasi cepat dan mempersenjatai tentara Polandia, sehingga dalam waktu yang sangat singkat akan menjadi salah satu tentara darat yang paling kuat di Eropa.
Posisi Polandia yang baru dan jelas anti-Ukraina menunjukkan meningkatnya ketegangan antara kedua negara setelah perselisihan ekspor biji-bijian Ukraina ke negara ini.
Robert Fico, mantan Perdana Menteri Slovakia dan kritikus Uni Eropa, memenangkan pemilu. Fico adalah kritikus Uni Eropa dan NATO, dan media memperkenalkan dia sebagai pendukung Presiden Rusia Vladimir Putin. Dia menentang bantuan militer ke Ukraina dan berulang kali menekankan penolakannya terhadap pengiriman peralatan dan bantuan militer ke Ukraina.
Hingga saat ini, Polandia memainkan peran penting dalam bidang dukungan militer dan persenjataan ke Ukraina selama perang Rusia-Ukraina dan dianggap sebagai jalur utama masuk dan pengiriman bantuan Barat ke Ukraina.
Selain itu, Warsawa sendiri telah mengirimkan bantuan militer dan senjata dalam jumlah besar ke Ukraina.
Dalam hal ini, Kementerian Pertahanan Polandia mengumumkan pada akhir Juli 2023 bahwa negara ini telah memberikan bantuan militer sebesar tiga miliar euro ($3,31 miliar) ke Kiev sejak awal Perang Ukraina.
Hongaria, sebagai negara Eropa Timur lainnya yang menjadi anggota NATO dan Uni Eropa, telah lama menekankan perlunya bersikap positif terhadap Rusia dan tidak mendukung sanksi terhadap Moskow, serta menekankan penolakannya terhadap bantuan militer ke Ukraina.
Dalam hal ini, bersamaan dengan penekanan Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto bahwa Ukraina tidak mungkin bergabung dengan NATO saat ini, Viktor Orban, Perdana Menteri negara ini juga menyatakan bahwa Kyiv membutuhkan perdamaian daripada senjata.
Kini, dengan berubahnya posisi dua negara utama pendukung Ukraina yakni Slovakia dan Polandia, serta penekanan Hongaria untuk tidak memberikan senjata militer kepada Ukraina, menunjukkan bahwa negara-negara tersebut tidak sudi melanjutkan kebijakan sebelumnya.
Pada saat yang sama, tindakan ini dapat dilihat sebagai awal dari berakhirnya dukungan ekonomi dan militer yang tidak terbatas kepada Ukraina.
Menurut Josep Borrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Negara-negara Eropa telah memberikan bantuan sebesar 85 miliar Euro kepada Ukraina, di mana 25 miliar Euro di antaranya adalah bantuan militer dan senjata.
Tentu saja dukungan-dukungan yang berlangsung dalam berbagai dimensi militer, persenjataan, ekonomi, dan politik ini menimbulkan reaksi negatif masyarakat di banyak negara Eropa, dan perubahan posisi beberapa negara Eropa Timur terkait bantuan ke Ukraina juga turut berdampak karena permintaan bantuan senjata rakyat ke Kiev telah dihentikan.(sl)