Perang Lima Hari Ungkap Lemahnya Iron Dome Israel
(last modified Mon, 15 May 2023 11:57:35 GMT )
May 15, 2023 18:57 Asia/Jakarta
  • Ilustrasi rudal Iron Dome mencegat roket pejuang Palestina.
    Ilustrasi rudal Iron Dome mencegat roket pejuang Palestina.

Serangan militer rezim Zionis Israel ke Jalur Gaza dihentikan setelah berlangsung selama 5 hari dan menjelang hari Nakba.

Kelompok-kelompok pejuang Palestina membalas agresi militer Israel dengan menembakkan ribuan roket dan rudal ke wilayah Palestina pendudukan (Israel).

Roket-roket pejuang Palestina yang mengenai rumah dan gedung di wilayah pendudukan membuktikan kerentanan rezim Zionis yang selalu membanggakan sistem Iron Dome (Kubah Besi).

Pekan lalu, pasukan Zionis mengumumkan dimulainya operasi militer baru yang disebut "Perisai dan Anak Panah" terhadap Gaza. Rezim ini melancarakan serangan udara secara sporadis ke wilayah yang diblokade sejak 2007 itu.

Pada hari kedua invasi rezim Zionis ke Gaza, kamar operasi gabungan kelompok perlawanan Palestina mengumumkan dimulainya operasi "Taar al-Ahrar" (Pembalasan oleh Orang-orang Bebas).

Setelah pengumuman tersebut, para pejuang Palestina mulai menembakkan roket dan rudal ke arah wilayah pendudukan. Akhirnya, pada hari Sabtu (13/5/2023), dengan mediasi Mesir dan Qatar, diumumkan gencatan senjata.

Perang ini dapat dianalisis dari dua dimensi. Pertama, serangan udara militer Zionis telah menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi di Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, 33 orang gugur syahid dan 190 lainnya terluka dalam kejahatan baru Israel di Gaza.

Pejuang Palestina

Saraya al-Quds, sayap militer gerakan Jihad Islam Palestina mengumumkan bahwa 11 komandan dan pejuang kelompok ini juga gugur dalam pertempuran "Taar al-Ahrar" dan serangan rezim Zionis ke Gaza selama lima hari.

Kedua, dimensi lain dari perang ini adalah banyaknya kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan balasan kelompok-kelompok perlawanan Palestina di wilayah pendudukan.

Menurut militer rezim Zionis, selama perang lima hari, para pejuang Palestina telah menembakkan 1.469 rudal dan roket ke wilayah pendudukan.

Dari jumlah roket dan rudal yang ditembakkan tersebut, 1.139-nya melintasi tembok perbatasan, dan sistem Iron Dome hanya berhasil mencegat 439 roket. Sementara sistem Flakhan Dawood (David's Sling/Magic Wand) hanya mampu mencegat dua rudal.

Rezim Zionis juga mengumumkan bahwa serangan roket dan rudal pejuang Palestina selama perang lima hari baru-baru ini telah menewaskan dua warga Zionis dan melukai 75 orang.

Dari analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa pejuang Palestina rata-rata menembakkan 294 roket setiap hari ke wilayah pendudukan. Hal ini menunjukkan bahwa Jihad Islam Palestina memiliki banyak senjata di gudang-gudang senjatanya.

Selain itu, sistem pertahanan udara Israel hanya mampu mencegat kurang dari seperempat rudal dan roket yang ditembakkan. Hal ini juga menunjukkan kerentanan sistem pertahanan udara Israel dan kerentanan militer rezim ini secara umum.

Pengeluaran biaya yang sangat besar oleh rezim Zionis untuk memperbanyak Iron Dome dan sistem pertahanan udara lainnya tidak menjamin keamanan bagi rezim ilegal ini. Jatuhnya korban yang sedikit di pihak Zionis lebih disebabkan karena mereka berlindung di bunker-bunker.

Iron Dome

Kabinet Perdana Menteri rezim Zionis Benjamin Netanyahu yang ingin memamerkan kekuatan militernya dalam serangan ke Gaza harus menyerah setelah lima hari perang dan terpaksa menerima gencanta senjata. Jika serangan dilanjutkan, ketidakpuasan terhadap Netanyahu akan meningkat.

Peristiwa ini dan terungkapnya kerentanan rezim Zionis terjadi dalam situasi ketika rezim ini akan merayakan rulang tahun pendiriannya. Tanggal 14 Mei 2023 adalah hari yang bertepatan dengan peringatan 75 tahun berdirinya rezim Zionis.

Alih-alih menyaksikan kekuatan dan keamanannya pada peringatan tersebut, namun rezim Zionis justru menghadapi kerentanan keamanan. Kekhawatiran Israel atas keamanannya juga semakin meningkat.

Kata Nakba mengingatkan dua kenangan yang sangat getir dalam memori publik Palestina. Pertama, pembentukan rezim Zionis Israel pada tahun 1948 dan kedua, pengusiran lebih dari 800.000 orang Palestina dari tanah airnya, dan saat ini jumlah pengungsi Palestina telah mencapai sekitar enam juta orang.

Pada dasarnya, Hari Nakba adalah narasi dari sebuah tragedi kemanusiaan yang telah menghancurkan sebagian besar pondasi politik, ekonomi, budaya, dan hak-hak rakyat Palestina demi membuka jalan bagi munculnya sebuah rezim ilegal.

Di antara tindakan Israel sejak 1948 adalah penghancuran lebih dari 675 kota dan desa, perampasan tanah Palestina, pembangunan distrik-distrik Zionis, pengusiran penduduk Palestina, penghancuran warisan dan identitas nasional Palestina, dan penggantian nama-nama Arab dengan Ibrani.

Hari Nakba juga menyimpan kisah tentang puluhan kasus pembantaian massal dan kejahatan brutal rezim Zionis terhadap ribuan wanita, pria, dan anak-anak Palestina, seperti pembantaian yang dilakukan Israel di Kafr Qasim dan Deir Yassin.

Pada 29 April 1956, sebanyak 48 warga Palestina, termasuk enam wanita dan 23 anak-anak di desa Kafr Qasim, Tepi Barat, gugur syahid karena tanpa sebab diberondong peluru oleh tentara Zionis.

Sebelum ini, pada 9 April 1948, dua organisasi teroris Zionis (Irgun dan Lehi) menyerang desa Deir Yassin di barat Quds dan membunuh 360 warga sipil Palestina. (RA)