Tiga Negara Eropa Mundur, Inisiatif Keamanan Multinasional AS Gagal
(last modified Mon, 25 Dec 2023 04:31:46 GMT )
Des 25, 2023 11:31 Asia/Jakarta

Untuk mendukung rezim Zionis selama perang Gaza dan untuk melawan serangan Yaman di Laut Merah terhadap kapal-kapal yang menuju Palestina Pendudukan, Amerika telah mengumumkan Inisiatif Keamanan Multinasional. Namun koalisi yang diklaim tersebut kini berantakan dengan mundurnya negara-negara Eropa.

Dalam perkembangan penting, Prancis, Spanyol, dan Italia secara resmi membatalkan partisipasi mereka dalam koalisi angkatan laut pimpinan AS di Laut Merah yang dikenal sebagai "Operation Prosperity Guardian" dan menolak menyerahkan kapal perang mereka di bawah komando AS.

Ketiga negara Eropa tersebut menegaskan mereka hanya akan melakukan operasi angkatan laut tambahan di bawah komando PBB, NATO atau Uni Eropa, bukan Amerika Serikat.

Armada Angkatan Laut AS

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden telah diperingatkan bahwa "tidak ada yang akan menganggap serius operasi angkatan lautnya". Dengan penarikan diri tiga negara Eropa, termasuk Prancis, Italia dan Spanyol, tanda runtuhnya aliansi angkatan laut Amerika telah dibunyikan.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) sebelumnya mengumumkan jumlah negara yang tergabung dalam koalisi angkatan laut ini bertambah menjadi 20 negara, tapi tidak menyebutkan nama negara tersebut.

Tentu saja Australia sebelumnya telah menolak permintaan Amerika Serikat untuk mengirimkan kapal perang ke Laut Merah guna bergabung dalam aliansi angkatan laut dengan kehadiran beberapa negara dengan dalih melindungi jalur pelayaran.

Selama beberapa pekan terakhir, tentara Yaman telah menargetkan beberapa kapal rezim Zionis di Laut Merah dan selat Bab Al-Mandab untuk mendukung perlawanan bangsa Palestina di Jalur Gaza.

Angkatan Laut Yaman sebelumnya telah memperingatkan bahwa mereka akan melanjutkan operasi militer terhadap kapal dan kepentingan musuh Zionis sampai agresinya terhadap Gaza dan kejahatannya terhadap bangsa Palestina dihentikan.

Rezim Zionis, yang tidak mampu memberikan keamanan bagi kapal-kapalnya, meminta bantuan Amerika untuk memecahkan masalah ini. Namun pembentukan koalisi angkatan laut baru yang dipimpin oleh Amerika Serikat juga tidak berhasil.

Muhammad Ali Al-Houthi, anggota Dewan Tinggi Politik Yaman mengatakan pada Kamis (22/12/2023) malam, Tujuan dari koalisi maritim yang diumumkan adalah untuk melindungi Zionis Israel dan bukan pelayaran internasional.

Dia menekankan bahwa negaranya akan merespons setiap serangan Amerika.

Serangan Yaman terhadap kapal-kapal niaga yang bergerak menuju Palestina Pendudukan atau terkait dengan rezim Zionis, selain menimbulkan kerugian serius bagi Israel, di mana lebih dari 90% perdagangan luar negerinya bergantung pada laut, sekaligus menaikkan secara signifikan biaya perdagangan maritim di dunia, khususnya negara-negara Barat.

Untuk mendukung rezim Zionis selama perang Gaza dan untuk melawan serangan Yaman di Laut Merah terhadap kapal-kapal yang menuju Palestina Pendudukan, Amerika telah mengumumkan Inisiatif Keamanan Multinasional. Namun koalisi yang diklaim tersebut kini berantakan dengan mundurnya negara-negara Eropa.

Secara khusus, Laut Merah dan Selat Bab Al-Mandab merupakan jalur perairan yang membawa 30% lalu lintas perdagangan dan peti kemas dunia.

Keberhasilan operasi tentara Yaman dalam membela rakyat Gaza telah menyebabkan perusahaan pelayaran besar melakukan perjalanan sejauh 25.000 kilometer ke pasar Asia dan memindahkan barang-barang mereka melalui Tanjung Harapan.

Hal ini menyebabkan perusahaan dan pemerintah menekan Amerika untuk memaksa rezim Zionis mencabut blokade terhadap Gaza.

Majid Safataj, seorang pakar Palestina dan Asia Barat mengatakan, Setelah invasi Zionis ke Gaza, Ansarullah Yaman praktis menggunakan selat ini sebagai alat tekanan terhadap rezim Zionis dan pendukungnya, Amerika Serikat. Oleh karena itu, inisiatif ini telah menyebabkan lebih dari 50% perusahaan pelayaran mengubah tujuan mereka atau menghentikan segala jenis transportasi kargo ke Israel untuk sementara waktu, dan masalah ini merugikan Zionis.

Kini, dengan diumumkannya penarikan diri tiga negara penting Eropa dari koalisi angkatan laut Amerika di Laut Merah, realisasi tujuan koalisi ini, khususnya untuk melawan serangan rudal dan drone Yaman terhadap rezim Zionis dan kapal-kapal yang berlayar ke wilayah pendudukan Palestina, menjadi lebih sulit. Selain itu, akan sangat mahal untuk mencegat drone Yaman yang harganya hanya 2 ribu dolar dengan rudal 2 juta dolar.

Situs Politico menulis tentang hal ini bahwa Kementerian Pertahanan AS prihatin dengan meningkatnya dan mahalnya biaya untuk mencegat dan menembak jatuh drone dan rudal yang ditembakkan oleh tentara Yaman.

Sambil menunjuk pada 38 intersepsi yang dilakukan oleh kapal Angkatan Laut AS, Politico menulis, Sebuah rudal senilai $2 juta digunakan untuk mencegat drone Yaman seharga $2.000.

Pada saat yang sama, pengumuman penarikan diri tiga negara Eropa anggota NATO dari aliansi angkatan laut Amerika menunjukkan ketidakpercayaan mereka terhadap Washington.

Kapal perang NATO

Itu juga merupakan protes atas tindakan AS terhadap Israel dengan dukungan mutlaknya bagi kelanjutan perang berdarah di Gaza dan penolakan terhadap gencatan senjata. Kini dampak dari sikap AS ini, terutama serangan Yaman di Laut Merah, telah menyebabkan kerugian besar terhadap perdagangan dan pelayaran Barat.

Mengacu pada keterisolasian AS, Barbara Bodin, mantan diplomat Amerika dan direktur Institut Studi Diplomatik di Universitas Georgetown, mengatakan, Bagi banyak sekutu Washington, tindakan Amerika Serikat saat ini dalam mendukung Israel bertentangan dengan pendirian kita di samping Ukraina.(sl)