Inilah Inti Pidato Terbaru Sekjen Hizbullah
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Sayid Hassan Nasrallah menyebut Muqawama (perlawanan) sebagai satu-satu cara untuk menghadapi musuh, Zionis Israel. Hal itu ditegaskan Sayid Nasrullah dalam pidatonya memperingati Arbain pada hari Sabtu (17/9/2022).
Pidato Sayid Nasrullah ini memiliki beragam dimensi, tetapi salah satu dimensi pentingnya adalah berfokus pada kejahatan rezim penjajah al-Quds. Dia menegaskan bahwa perlawanan adalah satu-satunya cara untuk melawan kejahatan musuh ini.
Salah satu hal penting dari pidato Sekjen Hizbullah adalah menyinggung kejahatan rezim Zionis di Sabra dan Shatila. Dalam kejahatan yang dilakukan 40 tahun yang lalu, rezim Zionis menargetkan pengungsi Palestina dan warga Lebanon. Dalam pembantaian ini, 3.500 warga Palestina dan 1.900 warga Lebanon gugur syahid.
Menurut Sayid Nasrullah, kejahatan Sabra dan Shatila adalah kejahatan terbesar dan paling keji dalam sejarah perjuangan Arab melawan rezim Zionis, dan para pelaku pembantaian keji ini dari rezim Zionis dan Lebanon belum dihukum.
Oleh karena itu, salah satu alasan berlanjutnya kejahatan rezim Zionis terhadap rakyat Palestina dan bahkan warga Lebanon adalah, di satu sisi, rezim Zionis tidak dihukum karena melakukan kejahatan yang paling keji, dan di sisi lain, pengkhianatan yang dilakukan oleh elemen internal. Orang-orang internal ini alih-alih dihukum karena bekerja sama dengan rezim Zionis, tetapi mereka masih hadir di kancah politik dengan dukungan Zionis dan pendukung-pendukung Baratnya.
Selama situasi seperti itu berlaku, kejahatan rezim Zionis tidak akan berakhir dan negara-negara seperti Lebanon tidak akan mencapai stabilitas politik dan keamanan.
Poin penting lainnya dalam pidato Sayid Nasrullah adalah bahwa Amerika Serikat (AS) alih-alih mendukung negara-negara Lebanon dan Palestina, tetapi pada dasarnya jaminannya untuk mendukung negara-negara ini dan mengakhiri kejahatan Zionis tidak dapat dipercaya. Menurut interpretasi Sekjen Hizbullah, menerima jaminan AS berarti pergi ke tempat penyembelihan.
"Siapa pun yang menerima jaminan AS adalah seperti seseorang yang menerima untuk membawa pria, wanita, dan anak-anaknya ke rumah tukang jagal," ujarnya.
Pada dasarnya, kebijakan AS merupakan faktor penting bagi kelanjutan kejahatan rezim Zionis, khususnya terhadap warga Palestina.
Kesepakatan Abad, yang dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah AS sebelumnya, adalah salah satu kebijakan yang jelas untuk melayani kepentingan rezim pendudukan dan melawan kepentingan rakyat Palestina, serta memicu intensifikasi kekerasan rezim Zionis terhadap warga Palestina.
Setelah implementasi rencana rasis dari Kesepakatan Abad ini, Israel mengejar rencana dan programnya yang lain terhadap Palestina dengan khayalan yang lebih santai.
Poin strategis dalam pidato Sayid Nasrullah adalah bahwa kelanjutan kejahatan rezim penjajah dan kebijakan dukungan AS terhadap rezim ini membuktikan bahwa satu-satunya cara untuk menghadapi rezim ilegal ini adalah perlawanan, dan negosiasi tidak akan berhasil.
Negosiasi tidak akan menguntungkan rakyat Palestina, melainkan akan menghilangkan elemen pembangun kekuatan mereka, termasuk persatuan. Negosiasi akan menimbulkan perpecahan di antara kelompok-kelompok pejuang Palestina.
Dalam hal ini, Sayid Nasrullah menekankan bahwa rakyat Palestina kini telah sampai pada kesimpulan pasti bahwa negosiasi tidak membuahkan hasil dan satu-satunya pilihan mereka adalah perlawanan.
Kini semangat perlawanan di kalangan warga Palestina telah menyebar ke seluruh wilayah dan tidak terbatas hanya pada warga Palestina di Jalur Gaza saja.
Menurut Sekjen Hizbullah, meluasnya perlawanan di antara semua warga Palestina adalah masalah yang tidak diharapkan musuh, dan dengan kata lain, "musuh telah membuat kesalahan perhitungan dan mendapat masalah." (RA)